Aku dan kawan-kawanku bukan
siapa-siapa, kita tidak ada yang bertahta tinggi, kita tak tak yang memiliki
sejuta keistimewaan, dan kita juga tak selalu bisa mendapatkan apa yang kita
inginkan. Inilah kisah yang kualami dengan kawan-kawan seperjuanganku. Kisah yang
hanya hitungan jam itu membuat kesan yang sangat pahit, dan kurasa merupakan
kisah yang tak akan pernah kami lupakan selama kami singgah di dunia ini.
Sebelumnya, aku dan
kawan-kawanku diberikan tugas oleh sang dosen, tugas yang menurut kami sangat
berat. Tapi, apapun itu kami tetap mengusahakan untuk bisa menyelesaikan tugas
kami dengan sebaik mungkin. Tugas itu adalah berbicara dengan orang asing, dan
harus ada bukti dokumentasinya bahwa kami telah berbicara dengan orang asing
tersebut.
Singkat cerita, kami pergi
ke wilayah ataupun daerah yang katanya merupakan tempat penginapan tourism. Kami ke sana dengan dua mobil
yang telah kami sewa sebelumnya. Di perjalanan kami belum merasakan hal-hal
yang pahit dan tidak mengenakkan. Masih ceria, penuh dengan tawa dan bercanda
hebat. Hingga tibalah kami ditujuan.
Setiba di sana kami mulai
memasang wajah penuh dengan kegembiraan lagi, sebab kawan-kawan seperjuangan masih
banyak yang belum pernah ke tempat ini sebelumnya. Itu wajar-wajar saja. Karna tempatnya
begitu sangat sejuk, asri dan indah. Kami berfoto, ada yang lari sana-sini, dan
masih banyak lagi.
Hingga senja pun mulai
terasa, turis baru datang dua orang, sementara kami begitu banyak, dan tak
mungkin jika kami harus berbicara dengan dua turis ini saja. Kemudian, hampir
malam gerimis menghujan lumayan deras. Oh no,
semua wajah kawan-kawan mulai tampak lemas, ada yang kedinginan, ada yang
kelihatan murung dan masih banyak lagi. Lalu datanglah satu bus pariwisata
membawa rombongan turis sekitar sepuluh orang. Tapi, sebagian turis ada yang
ramah dan banyak juga yang takut melihat rombongan kami.
Malam pun tiba, kami
istirahat sejenak menunggu keluarnya turis-turis dari kamar hotel mereka. Kami beristirahat
satu di kamar hotel juga yang sudah dipesan teman kami sebelumnya. Suasana di
kamar sangat ramai, wajar saja karna jumlah kami juga lewat dari duapuluh
orang. Aku duduk bersandar di tempat tidur dengan wajah pucat kedinginan dan
pikiran yang sudah sangat kalut tak tahu harus bagaimana lagi.
Tiba-tiba satu kawanku
kedinginan, gemetaran, dan entah kenapa suasana pun jadi sangat panik, kawanku
yang lain memberi makan kepadanya tapi tetap saja kawanku tersebut masih
kedinginan tak menentu, suaranya tiba-tiba keras melengking seperti ada yang
akan memasuki tubuhnya, suasana ricuh, ada yang panik, ketakutan dan aku juga
gak tahu apa lagi yang harus kulakukan, kumenangis melihat kejadian yang ada di
depan mataku itu. I see that direct, God,
please help us. Kata-kata dalam hatiku hanya doa dan doa, begitu juga yang
kulihat dengan kawan-kawanku.
“Aku bisa merasakan mereka
di sini, mereka gak suka dengan kedatangan kita, iya, kami baik-baiknya ke
sini, pulanglah kami, tolong jangan ganggu kami, iya pulang kami, pulang pun
kami.” Begitulah kata-kata yang terlontar dari kawanku yang kelihatan panik. Ya
kawanku yang satu ini memang punya indera keenam yang cukup tahu tentang
hal-hal yang ghaib. Dengan segala cara yang kami lakukan bersama-sama si kawan
pun kembali membaik, tapi masih sangat lemas.
Kumelihat si dosen yang
memberi kami tugas jadi seperti ini datang dengan wajah yang cukup panik. Aku merasa
sepertinya ini menjadi senjata makan tuan baginya. Tapi ya sudahlah, semua
sudah kejadian, hampir semua kawan-kawan sudah meminta untuk cepat-cepat pulang
dari TKP. Kami pun segera bergegas dan langsung naik ke mobil. Di mobil wajah
kawan-kawan tampak sangat kusut seperti kain yang sudah lama tidak disetrika.
Kami pun pulang dengan rasa
kecewa dan kesal tak menentu. Semua sulit kami utarakan dengan kata-kata. Biarlah
waktu yang menjawab semua pahit yang kami rasakan ini. Aku tahu, ini bukan
semua perlombaan dan kompetisi untuk kami. Walau tugas yang sesuai dengan
persyaratan tak dapat kami selesaikan dengan baik. Tapi, kami yakin kami sudah
melakukan yang terbaik untuk ini semua. Tugas tak siap bukan berarti kami
kalah, bukan berarti kami menyerah. Kami tahu ini bukan akhir dari dunia kami. Kesuksesan
masih menyambut kami di luar sana.
Ketahuilah kawan-kawanku bahwa kita itu
hebat, kita bisa bersama-sama dalam kepahitan yang kita rasakan dan kita juga
masih bisa menampakkan senyum indah, walau sebenarnya miris hati kita, buyar
rasanya pikiran kita. Tangisan dalam hati ini kan jadi saksi kekecewaan yang
tak akan pernah kita lupakan.
Tetapi, semua sudah terjadi.
Tak ada yang perlu kita sesalkan. Kebersamaan ini tak akan pernah terulang
lagi, dan akan menjadi memo yang sukar untuk kita lupakan dalam hidup kita. Ambil
sisi positifnya saja, ikhlaskan hati kita untuk menerima semua yang telah
terjadi dihadapan kita. Syukurkan segalanya karna kita masih diberi
keselamatan. Dengan bersyukur dan mengingat-Nya, batin kita pun bisa lebih
tenang. Walau kita pulang dengan rasa haru duka. Tapi ketahuilah kita ini
pulang untuk menang.
KEEP SPIRIT ALL MY FRIENDS… ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar