Free Tail- Heart 1 Cursors at www.totallyfreecursors.com
"au ho": Februari 2013

Minggu, 24 Februari 2013

KITA





Tok, tok, tok! Terdengar suara pintu dari luar. Winy pun si pemilik rumah segera berlari membukakan pintu. Ternyata sahabat Winy sudah menunggu di luar. Joy dan Febri adalah sahabat Winy sejak SMP. Entah sebab apa dan entah kenapa mereka bisa dekat serta akrab hingga sekarang. Padahal mereka sudah gak satu sekolah lagi. But, itulah sahabat, mau dekat atau jauh, mau kaya atau miskin, pengertian dan rasa kepedulian antara persahabatan yang dijalin Winy, Joy, dan Febri berbuah kemanisan yang indah. Hingga orang-orang bisa iri melihat keakraban dan juga kekompakan yang mereka bina. Udah kayak rumah tangga aja dibina. Sekarang mereka bertiga duduk di bangku SMA. Walau tidak di SMA yang sama, tapi ketiga sahabat ini selalu saja bersama-sama.
“Lama banget sih Win!” kata Joy memulai percakapan.
 “Iya nih, ngapain aja sih di dalam?” tambah Febri.
“Lagi rapat, emangnya kenapa?” Winy membela.
“Rapat apa Win?” kata Joy sambil tersenyum. “Rapat di kamar mandi, puas! Udah yok, katanya tadi mau jalan-jalan.”

Oke, let’s go.” Serentak Joy dan Febri.
Mereka bertiga ini memang paling senang yang namanya jalan-jalan sore. Walaupun cuma bertiga, tapi suara mereka yang ribut-ributnya bukan main terasa bagai yang sekitar belasan orang.
Sebenarnya Joy adalah tetangganya Winy, dari kecil mereka berdua memang sudah bersahabat. Tapi setelah masuk SMP persahabatan mereka lebih dekat. Kemudian hadirlah sosok Febri yang membuat persahabat itu menjadi lebih terlihat lengkap.
Now, mari kita lihat bagaimana tentang mereka dan apa sebab yang bisa membuat mereka sedekat itu. Kedekatan mereka itu bagai saudara seayah seibu. Mereka juga menganggap kalau mereka itu memang saudaraan.
Winy, cewek yang satu ini super egois. Ini dia sifat buruk yang dimiliki Winy. Next, Joy, kalau yang ini super angkuh. Dilihat dari gerak-gerik, wajahnya, dan cara bicaranya. Finally, Febri, sensitif banget. Lebih-lebih kalau lagi punya masalah, jangan dicakapin deh. Bisa-bisa meledak. Memang sifat buruk yang mereka miliki gak ada yang sama. But, kekompakan mereka karna mereka sama-sama memiliki sifat setia berteman, peduli dalam apapun, dan selalu berbagi. Winy, Joy, dan Febri itu sahabat sejati, susah sama-sama, senang juga sana-sama. Salut deh lihatnya.
***
Sekarang ketiga sahabat itu sudah berada di jalan, ya biasalah namanya juga anak muda kalau udah sore pasti kerjaanya jalan-jalan. They say sih untuk mengusir kejenuhan. Kadang kan sekolah satu hari suntuk belajar terus. Ya bisa dibilang seperti refreshing otak gitu.
Winy dengan Joy satu motor berboncengan, sedangkan Febri sendirian dengan motornya. Lalu Joy pun memulai pembicaraan ketika mereka bertiga sudah hampir sampai di tempat yang mereka tuju.
“Alay-alay banget ya orang zaman sekarang.” Kata Joy.
“Iya nih, mau makan di resto aja gayanya udah kayak mau ke pesta.” Tambah Winy sependapat dengan Joy.
“Kalian berdua sirik-sirik banget sih, biar aja lagi orang mau ngapain. Toh orang itu juga ngerasa nyaman dengan apa yang mereka pakai.” Febri mengusik pembicaraan kedua temannya dengan mengambil jalan tengah.
***
Akhirnya mereka bertiga sampai juga di TKP. Yaitu resto tempat mereka biasanya nongkrong. Langsung saja Winy, Joy, dan Febri mengambil tempat duduk mereka masing dan siap untuk memesan. Seperti biasanya Winy selalu memesan orange juice, dan Joy serta Febri memesan cappucino dingin.
“Kira-kira topik apa yang lagi seru saat ini kawan-kawan?” Febri memulai pembicaraan setelah memesan minuman.
“Rafi Ahmad kale.” Tegas Winy.
 “Gak ada yang lain apa Win? Memang dasar cewek gosip aja nomor satu.” Kata Joy menyangkal.
 “Jadi apa lagi dong? Mau bahas bola, intermilan versus juventus, gak banget ya.” Kata Winy sambil menyolot.
“Eh, udah dong. Lebih baik kita bahas tentang pelajaran kita aja, gimana?” Febry memilih jalan tengah.
“Loe kira kita mau khursus matematika apa di sini.” Serentak Winy dan Joy memberontak.
 “Emang ya kalian gak ada yang benar deh.” Kata Febry sambil tertawa. Winy dan Joy pun serentak tertawa pula.
Setelah mereka asyik ngobrol sana sini, jenaka, guyon, dan mulai obrolan dari A sampai Z, mulai dari musik, gosip, olahraga, sosial, politik, budaya, bahkan sampai juga ke mancanegara. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, karna malam hampir tiba.
Joy dan Febri mengantar Winy pulang duluan ke rumahnya, sekaligus pamit dengan kedua orangtua Winy. The End lah perjalanan ketiga sahabat tersebut hari ini dengan go to the sleep.
***

Singkat cerita perjalanan, rajutan, ukiran, lukisan, banyak banget ya. Intinya kisah persahabatan mereka ini semakin erat. Bagai gula dan semut yang tak terpisah, sudah biasa gula dan semut, atau bagai perangko dan surat yang nempel terus, kata-kata itu juga sudah biasa. Terus apa lagi dong? Okelah, kita ibaratkan bagai kertas didalam buku, kalo gak ada kertas, maka tak terjadi buku, dan tak aka ada buku jika kertas juga tak ada.
Tapi, ternyata ada hal yang berbeda dari Febri yang tidak diketahui Winy dan Joy, dan Joy yang tidak diketahui Winy dan Febri. Apa coba? Bisa jawab gak?
Mereka bersahabat saling terbuka, tapi Joy dan Febri sama sekali tidak terbuka masalah perasaan mereka berdua yang sebenarnya sangat menyayangi dan mencintai Winy bukan hanya sebagai sahabat mereka dan juga bukan hanya sebagai saudara mereka. Melainkan lebih dari itu. Tetapi, mereka juga tidak ada yang mengetahuinya.
***


            Saat yang ditunggu Febri pun datang, yaitu saat yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Winy. Karna selama ini Febri selalu berusaha mengajak Winy untuk jalan hanya berduaan, tapi itu sulit terjadi, karna Winy selalu saja mengajak Joy untuk ikut pula, karna Joy adalah tetangga Winy, jadi mudah untuk mengajak Joy.
            Akhirnya saat yang dinantikan Febri tiba, karna Joy sedang tidak ada di rumah, melainkan Joy sedang pergi ke luar kota karna harus menjenguk salah satu saudara Joy yang baru saja kecelakaan.
            Febri pun pergi dengan Winy di malam yang begitu indah, sang bulan sedang menampakkan sinar yang begitu terang, begitu juga kerlap-kerlip bintang yang tak kalah ingin menerangi malam indah tersebut.
            Di jalan setapak akan sampai ke rumah Winy, tiba-tiba Febri menarik tangan Winy dengan perlahan dan menggengamnya dengan penuh kelembutan. Spontan Winy kaget, ada gerangan apakah sang sahabat ini.
            “Win, izinkan aku utarakan isi hatiku, selama kita bersahabat, selama kita bersama-sama. Di saat itu juga aku mengagumimu, aku mencintaimu tak sekedar sahabat saja tapi lebih dari itu. Aku ingin kamu mau jadi pacarku Win. Gimana?”
            Winy hanya terdiam, dan tertegun sambil menelan air ludah, bengong dan tahu apa-apa lagi. Tapi  Febri terus menatap mata Winy penuh dengan harapan.
            “Aku belum tau untuk menjawab semua ini Feb, aku benar-benar bingung, dan gak nyangka dengan semua ini. Aku kira kita hanya sekedar sahabat saja.”
            “ Iya Win, aku ngerti, tapi tolong ngertiin perasaanku selama ini, aku begitu lama memendam perasaan ini.” Tegas Febri.
            Setelah berpikir beberapa menit.
            “Iyalah Feb, aku mau jadi pacar kamu, kita jalani saja dulu, kita gak akan tahu jika kita tak mencobanya. Tapi, satu pintaku Feb, aku tak ingin jika suatu saat cinta tak menyatukan kita, aku ingin kebersamaan kita tetap ada dalam persahabatan.”
            “Jadi kamu mau Win jadi kekasih aku? Makasih banget, aku senang banget, malam ini bisa dapat bidadari cantik.” Kata Febri kegirangan.
 “Iya, iya, tapi gak usah lebay gitu deh Feb.”
            “Iya sayang, gak lebay kok” Febry berkata sambil memeluk Winy.
“Ih, Febri nakal deh, ya udah ayo kita pulang.” Kata Winy sambil menarik tangan Febri.
“ Iya permaisuri cantik.” Febri dan Winy akhirnya pulang.
***


            Febri merasa cowok paling beruntung di dunia, karna mendapatkan Winy yang begitu diidam-idamkannya. Sampai-sampai Febri tidur pun susah karna Febri masih saja kepikiran dengan Winy. “Rasanya pengen banget disamping Winy selalu, hmm” Febri terus bicara dalam hatinya.
            Seminggu tiba, Winy dan Febri terus bersama-sama. Jalan berdua, main berdua, makan di luar berdua, dan lain-lain deh. Sampai akhirnya Joy pulang dari luar kota, tetapi Joy belum tahu akan semua itu, Febri dan Winy mendiamkannya karna ingin memberitahu Joy secara langsung semacam surprise gitu deh.
            Tapi Joy juga ingin memberikan surprise kepada sahabat sekaligus tetangga tercinta tersebut yaitu Winy. Joy tiba pukul 7 malam di rumahnya, dan langsung tanpa basa-basi pergi menghampiri rumah Winy. Sebenarnya Joy ingin mengatakan isi hatinya terhadap Winy, dan juga Joy sudah sangat merindukan gadis pujaan hatinya tersebut.
            Tetapi, sungguh disayangkan, Winy tidah ada di rumahnya malam itu. Karna Winy dan Febri sedang pergi keluar. Sebenarnya mereka hanya di sekitar taman komplek saja sih keluar, tapi Joy tidak tahu.
Karna kecewa, Joy pun memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar komplek saja. Tanpa diduga Joy mendapati Winy dan Febri sedang bermesra-mesraan layaknya orang pacaran, ya memang mereka pacaran.
Joy pun mulai mendekat, saat Febri hampir mendekat menempelkan bibirnya ke pipi Winy.
“Febri” Joy memanggil dan datang mendekati mereeka dengan hati yang begitu panas.
“Hai Joy!” Kata Febri menyapa balik.
 “Kalian itu ngapain sih?” Joy menanya dengan nada tinggi.
“Joy, gue dan Winy pacaran, kita saling sayang Joy, kita sebenarnya mau bilang sama loe, tapi kita mutusin untuk nunggu loe pulang, biar surprise gitu.” Febri berusaha menjelaskan.
Surprise apaan Feb, loe gak tau ya apa yang selama ini gue rasain. Gue itu jatuh cinta sama Winy. Sumpah gue sakit hati banget malam ini, ternyata cewek yang gue cintai, pacaran dengan sahabat gue sendiri.” Joy berkata-kata dengan wajah yang begitu mengharukan.
“Joy maafin gue ya, gue udah salah, seharusnya dari awal gue gak nerima Febri, karna gue takut persahabatan kita akan hancur hanya karna cinta seperti ini.” Kata Winy dan langsung Winy pergi meninggalkan Febri dan Joy dengan rasa bersalah dan penyesalan dalam hatinya.
“Gue benci sama loe Feb, loe gak jujur sama gue.”
 “Kenapa gue mesti jujur sementara loe juga selama ini gak ada terbuka sama gue?”
 “Gue butuh waktu yang tepat untuk ungkapin semua itu Feb.”
 “Terus apa bedanya? Gue juga gitu, butuh waktu yang tepat, so what Joy?” Febri pun meninggalkan Joy dengan amarah, begitu juga Joy.
***

Selang waktu berlalu, mereka tak saling cakapan dan tak pernah ngumpul bareng lagi. Persahabatan yang selalu dibina tersebut luluh lantah hanya karna rasa cinta di antara mereka.
***

Febri pulang sekolah dengan sepeda motornya dan tiba-tiba melihat Winy dari kejauhan sedang menunggu angkot yang lewat. Febri cepat menghampiri dan mengajak Winy untuk ikut bersamanya, namun Winy terlihat menolak ajakan Febri tersebut.
“Win, kita harus ngomong, aku gak mau hubungan kita gantung seperti ini.”
“Sudahlah Feb, kita bersahabat saja seperti dulu.”
Plis, ngertiin aku Win, aku mohon.”
Dengan nada bicara Febri yang mengharukan, akhirnya Winy naik ke sepeda motor Febri. Di tengah perjalanan, mereka melihat sekumpulan kelompok orang sekitar 10 orang sedang memukuli seseorang, tapi tidak jelas siapa yang sedang dipukuli tersebut. Winy melihat sekitar dan tiba-tiba melihat bag yang seperti dia kenal, yaitu Joy’s bag.
Langsung saja Winy mendesak untuk turun. Febri pun cepat-cepat parking sepeda motornya dan langsung menghampiri Joy yang sudah terkapar. Joy memang terlihat angkuh dan terkenal sangat sombong di sekolahnya, hingga Joy mempunyai banyak musuh.
Febri langsung menolong Joy dengan ilmu bela diri yang pernah ia pelajari dulu sewaktu SMP. Hinggat tamatlah riwayat orang-orang yang hamper membunuh jiwa sahabatnya tersebut.
Joy langsung dilarikan ke rumah sakit dan dirawat secara intensif. Tapi apa daya, usaha segalanya sia-sia, karna Joy tidak berlangsung pulih. Tapi malahan sebaliknya. Ajal kematian hampir Joy rasakan. Di sela-sela nafas terakhirnya, Joy berkata,
 “Feb, jagain Winy ya, gue percaya sama loe, gue yakin rasa cinta loe terhadap Winy jauh lebih besar daripada cinta gue terhadap Winy. Karna Winy pantasnya buat loe, bukan gue.” Perkataan Joy yang secara terbata-bata membuat suasana haru duka semakin dalam. Sampai akhirnya Joy pun menutup matanya untuk selama-lamanya.
Winy tak henti-hentinya menangis, begitu juga Febri. Dalam hati Febri menyesal karna menurutnya dialah dalang utama yang telah merusak persahabatan mereka.
***


“Win, I love you.”
 “I love you too sayang.”
“Tumben manggil sayang Win?”
 “Kan pacar, emang gak boleh ya, asal gak lebay aja.” Winy melirik wajah Febri sambil tersenyum simpul.
“Maksudnya gue ini lebay Win? Kok matanya gak enak gitu sih?”
Winy pun tertawa sambil menarik tangan Febri sang kekasihnya itu, dan langsung mencium tangan Febri tanpa basa-basi sebagai bukti cinta tulusnya.
“Win, gue merasa Joy selalu ada disisi kita.”
“Tentulah Feb, dia itu orang paling angkuh dan paling mengasyikkan juga.”
“Bangga punya sabahat seperti dia Win.”
 “Apalagi gue Feb, sangat bangganya miliki Joy sebagai sahabat gue.”
“Kalau gue apa Win bangganya?”
“Hmm, apa ya? Gak ada tu Feb.”

“Oh, jadi gitu ya sekarang, awas loe ya Win. Febri tanpa pikir panjang langsung mengejar kekasih tercintanya tersebut yang sudah kabur duluan dari sampingnya.
“Win, tunggu” Febri berteriak. Dengan kemampuan yang Febri miliki, akhirnya Febri mendapati Winy dan langsung memeluknya.
“Jangan pernah pergi dari aku Win, aku kan selalu jagain kamu selamanya.”
“Iya Feb, selamanya, janji kan?”
 “Janji sayangku” Febri pun mencium keningnya Winy dengan penuh kasih sayang.
Persahabatan memang tak ada habisnya, dan dalam percintaan jangan pernah mengenal kata aku, kau dan dia. Tapi kenalilah kata kita, agar cinta kan menjadi kian sempurna. Kita bersama dan kita selamanya.

 by "Shiela"

Senin, 18 Februari 2013

Happy anniversary 1st year





Terkadang derunya hujan mendinginkan hasrat tuk bertemu
Meski rindu terasa pilu
Tapi hati ini tetap menunggu

Terkadang keheningan terasa kacau tak menentu
Meski cinta ini untukmu
Dan aku kan selalu jadi milikmu

Tak perlu kukatakan semua hasrat hatiku
Karna yang ku tahu
Kau menyayangiku, dan akupun begitu
Happy anniversary 1st year my honey
Love u very much

Rabu, 13 Februari 2013

ASAL USUL HARI VALENTINE

Pada zaman modern ini, hari Valentine didominasi oleh hati berwarna pink dan yang dipanah oleh Cupid. Padahal asal-usul perayaan ini justru sangat berbeda jauh dengan simbol-simbol cinta ini. 

Valentine sebenarnya adalah seorang biarawan Katolik yang menjadi martir. Valentine dihukum mati oleh kaisar Claudius II karena menentang peraturan yang melarang pemuda Romawi menjalin hubungan cinta dan menikah karena mereka akan dikirim ke medan perang.

Ketika itu, kejayaan kekaisaran Romawi tengah berada di tengah ancaman keruntuhannya akibat kemerosotan aparatnya dan pemberontakan rakyat sipilnya. Di perbatasan wilayahnya yang masih liar, berbagai ancaman muncul dari bangsa Gaul, Hun, Slavia, Mongolia dan Turki. Mereka mengancam wilayah Eropa Utara dan Asia. Ternyata wilayah kekaisaran yang begitu luas dan meluas lewat penaklukan ini sudah memakan banyak korban, baik dari rakyat negeri jajahan maupun bangsa Romawi sendiri. Belakangan mereka tidak mampu lagi mengontrol dan mengurus wilayah yang luas ini.

Untuk mempertahankan kekaisarannya, Claudius II tak henti-hentinya merekrut kaum pria Romawi yang diangap masih mampu bertempur sebagai tentara yang siap diberangkatkan ke medan perang. Sang kaisar melihat tentara yang mempunyai ikatan kasih dan pernikahan bukanlah tentara yang bagus. Ikatan kasih dan batin dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai hanya akan melembekkan daya tempur mereka. Oleh karena itu, ia melarang kaum pria Romawi menjalin hubungan cinta, bertunangan atau menikah.

Valentine, sang biarawan muda melihat derita mereka yang dirundung trauma cinta tak sampai ini. Diam-diam mereka berkumpul dan memperoleh siraman rohani dari Valentine. Sang biarawan bahkan memberi mereka sakramen pernikahan. Akhirnya aksi ini tercium oleh Kaisar. Valentine pun dipenjarakan. Oleh karena ia menentang aturan kaisar dan menolak mengakui dewa-dewa Romawi, dia dijatuhi hukuman mati.

Di penjara, dia bersahabat dengan seorang petugas penjara bernama Asterius. Petugas penjaga penjara ini memiliki seorang putri yang menderita kebutaan sejak lahir. Namanya Julia. Valentine berusaha mengobati kebutaannya. Sambil mengobati, Valentine mengajari sejarah dan agama. Dia menjelaskan dunia semesta sehingga Julia dapat merasakan makna dan kebijaksanannya lewat pelajaran itu.

Julia bertanya,
“Apakah Tuhan sungguh mendengar doa kita?”
“Ya anakku. Dia mendengar setiap doa kita.”
“Apakah kau tahu apa yang aku doakan setiap pagi? Aku berdoa supaya aku dapat melihat. Aku ingin melihat dunia seperti yang sudah kau ajarkan kepadaku.”
“Tuhan melakukan apa yang terbaik untuk kita, jika kita percaya pada-Nya”, sambung Valentine.
“Oh, tentu. Aku sangat mempercayai-Nya”, kata Julia mantap. Lalu, mereka bersama-sama berlutut dan memanjatkan doa.

Beberapa minggu kemudian, Julia masih belum mengalami kesembuhan. Hingga tiba saat hukuman mati untuk Valentine. Valentine tidak sempat mengucapkan perpisahan dengan Julia, namun ia menuliskan ucapan dengan pesan untuk semakin dekat kepada Tuhan. Tak lupa ditambahi kata-kata, “Dengan cinta dari Valentin-mu” (yang akhirnya menjadi ungkapan yang mendunia). Ia meninggal 14 Februari 269. Valentine dimakamkan di Gereja Praksedes Roma.

Keesokan harinya , Julia menerima surat ini. Saat membuka surat, ia dapat melihat huruf dan warna-warni yang baru pertama kali dilihatnya. Julia sembuh dari kebutaannya.
Pada tahun 496, Paus Gelasius I menyatakan 14 Februari sebagai hari peringatan St. Valentine. Kebetulan tanggal kematian Valentine bertepatan dengan perayaan Lupercalia, suatu perayaan orang Romawi untuk menghormati dewa Kesuburan Februata Juno. Dalam perayaan ini, orang Romawi melakukan undian seksual! Caranya, mereka memasukkan nama ke dalam satu wadah, lalu mengambil secara acak nama lawan jenisnya. Nama yang didapat itu menjadi pasangan hidupnya selama satu tahun. Lalu pada perayaan berikutnya mereka membuang undi lagi.

Rupanya Paus tidak suka pada cara perayaan ini. Karena itulah, gereja sedikit memodifikasi perayaan ini. Mereka memasukkan nama-nama santo dalam kotak itu. Selama setahun, setiap orang akan meneladani santo yang tertulis pada undian yang diambilnya. Untuk membuat acara itu sedikit lucu, gereja juga memasukkan nama Simeon Stylites. Orang yang mengambil nama ini dianggap apes alias tidak mujur, soalnya Simeon menghabiskan hidupnya di atas pillar, tidak beranjak satu kali pun.

Nama Valentine lalu diabadikan dalam festival tahunan ini. Di festival ini, pasangan kekasih atau suami istri Romawi mengungkapkan perasaan kasih dan cintanya dalam pesan dan surat bertuliskan tangan. Di daratan Eropa, tradisi ini berkembang dengan menuliskan kata-kata cinta dan dalam bentuk kartu berhiaskan hati dan dewa Cupid kepada siapapun yang dicintainya. Atau memberi perhatian kecil dengan bunga, coklat dan permen.

Di zaman modern, kebiasaan menulis surat dengan tangan diangap tidak praktis. Lagipula, tidak setiap orang bisa merangkaikan kata-kata yang romantis. Lalu muncullah kartu valentine yang dianggap lebih praktis. Kartu Valentine modern pertama dikirim oleh Charles seorang bangsawan Orleans kepada istrinya, tahun 1415. Ketika itu dia mendekam di penjara di Menara London. Kartu ini masih dipameran di British Museum. Di Amerika, Esther Howland adalah orang pertama yang mengirimkan kartu valentine. Kartu valentine secara komersial pertama kali dibuat tahun 1800-an.

Sayangnya, dari hari ke hari, perayan Valentine telah kehilangan makna yang sejati. Semangat kasih dan pengorbanan St. Valentine telah dikalahkan oleh nafsu komesialisasi perayaan ini.