Tok,
tok, tok! Terdengar suara pintu dari luar. Winy pun si pemilik rumah segera
berlari membukakan pintu. Ternyata sahabat Winy sudah menunggu di luar. Joy dan
Febri adalah sahabat Winy sejak SMP. Entah sebab apa dan entah kenapa mereka
bisa dekat serta akrab hingga sekarang. Padahal mereka sudah gak satu sekolah
lagi. But, itulah sahabat, mau dekat atau jauh, mau kaya atau miskin,
pengertian dan rasa kepedulian antara persahabatan yang dijalin Winy, Joy, dan
Febri berbuah kemanisan yang indah. Hingga orang-orang bisa iri melihat
keakraban dan juga kekompakan yang mereka bina. Udah kayak rumah tangga aja
dibina. Sekarang mereka bertiga duduk di bangku SMA. Walau tidak di SMA yang
sama, tapi ketiga sahabat ini selalu saja bersama-sama.
“Lama
banget sih Win!” kata Joy memulai percakapan.
“Iya nih, ngapain aja sih di dalam?” tambah
Febri.
“Lagi
rapat, emangnya kenapa?” Winy membela.
“Rapat
apa Win?” kata Joy sambil tersenyum. “Rapat di kamar mandi, puas! Udah yok,
katanya tadi mau jalan-jalan.”
“Oke,
let’s go.” Serentak Joy dan Febri.
Mereka
bertiga ini memang paling senang yang namanya jalan-jalan sore. Walaupun cuma
bertiga, tapi suara mereka yang ribut-ributnya bukan main terasa bagai yang
sekitar belasan orang.
Sebenarnya
Joy adalah tetangganya Winy, dari kecil mereka berdua memang sudah bersahabat.
Tapi setelah masuk SMP persahabatan mereka lebih dekat. Kemudian hadirlah sosok
Febri yang membuat persahabat itu menjadi lebih terlihat lengkap.
Now,
mari kita lihat bagaimana tentang mereka dan apa sebab yang bisa membuat mereka
sedekat itu. Kedekatan mereka itu bagai saudara seayah seibu. Mereka juga
menganggap kalau mereka itu memang saudaraan.
Winy,
cewek yang satu ini super egois. Ini dia sifat buruk yang dimiliki Winy. Next,
Joy, kalau yang ini super angkuh. Dilihat dari gerak-gerik, wajahnya, dan cara
bicaranya. Finally, Febri, sensitif banget. Lebih-lebih kalau lagi punya
masalah, jangan dicakapin deh. Bisa-bisa meledak. Memang sifat buruk yang
mereka miliki gak ada yang sama. But, kekompakan mereka karna mereka sama-sama
memiliki sifat setia berteman, peduli dalam apapun, dan selalu berbagi. Winy,
Joy, dan Febri itu sahabat sejati, susah sama-sama, senang juga sana-sama.
Salut deh lihatnya.
***
Sekarang
ketiga sahabat itu sudah berada di jalan, ya biasalah namanya juga anak muda
kalau udah sore pasti kerjaanya jalan-jalan. They say sih untuk mengusir kejenuhan. Kadang kan sekolah satu hari
suntuk belajar terus. Ya bisa dibilang seperti refreshing otak gitu.
Winy
dengan Joy satu motor berboncengan, sedangkan Febri sendirian dengan motornya.
Lalu Joy pun memulai pembicaraan ketika mereka bertiga sudah hampir sampai di
tempat yang mereka tuju.
“Alay-alay
banget ya orang zaman sekarang.” Kata Joy.
“Iya
nih, mau makan di resto aja gayanya udah kayak mau ke pesta.” Tambah Winy
sependapat dengan Joy.
“Kalian
berdua sirik-sirik banget sih, biar aja lagi orang mau ngapain. Toh orang itu
juga ngerasa nyaman dengan apa yang mereka pakai.” Febri mengusik pembicaraan
kedua temannya dengan mengambil jalan tengah.
***
Akhirnya
mereka bertiga sampai juga di TKP. Yaitu resto tempat mereka biasanya nongkrong.
Langsung saja Winy, Joy, dan Febri mengambil tempat duduk mereka masing dan
siap untuk memesan. Seperti biasanya Winy selalu memesan orange juice, dan Joy
serta Febri memesan cappucino dingin.
“Kira-kira
topik apa yang lagi seru saat ini kawan-kawan?” Febri memulai pembicaraan
setelah memesan minuman.
“Rafi
Ahmad kale.” Tegas Winy.
“Gak ada yang lain apa Win? Memang dasar cewek
gosip aja nomor satu.” Kata Joy menyangkal.
“Jadi apa lagi dong? Mau bahas bola, intermilan
versus juventus, gak banget ya.” Kata Winy sambil menyolot.
“Eh,
udah dong. Lebih baik kita bahas tentang pelajaran kita aja, gimana?” Febry
memilih jalan tengah.
“Loe
kira kita mau khursus matematika apa di sini.” Serentak Winy dan Joy memberontak.
“Emang ya kalian gak ada yang benar deh.” Kata
Febry sambil tertawa. Winy dan Joy pun serentak tertawa pula.
Setelah
mereka asyik ngobrol sana sini, jenaka, guyon, dan mulai obrolan dari A sampai
Z, mulai dari musik, gosip, olahraga, sosial, politik, budaya, bahkan sampai
juga ke mancanegara. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, karna malam
hampir tiba.
Joy
dan Febri mengantar Winy pulang duluan ke rumahnya, sekaligus pamit dengan
kedua orangtua Winy. The End lah
perjalanan ketiga sahabat tersebut hari ini dengan go to the sleep.
***
Singkat
cerita perjalanan, rajutan, ukiran, lukisan, banyak banget ya. Intinya kisah
persahabatan mereka ini semakin erat. Bagai gula dan semut yang tak terpisah, sudah
biasa gula dan semut, atau bagai perangko dan surat yang nempel terus,
kata-kata itu juga sudah biasa. Terus apa lagi dong? Okelah, kita ibaratkan
bagai kertas didalam buku, kalo gak ada kertas, maka tak terjadi buku, dan tak
aka ada buku jika kertas juga tak ada.
Tapi,
ternyata ada hal yang berbeda dari Febri yang tidak diketahui Winy dan Joy, dan
Joy yang tidak diketahui Winy dan Febri. Apa coba? Bisa jawab gak?
Mereka
bersahabat saling terbuka, tapi Joy dan Febri sama sekali tidak terbuka masalah
perasaan mereka berdua yang sebenarnya sangat menyayangi dan mencintai Winy
bukan hanya sebagai sahabat mereka dan juga bukan hanya sebagai saudara mereka.
Melainkan lebih dari itu. Tetapi, mereka juga tidak ada yang mengetahuinya.
***
Saat yang ditunggu Febri pun datang,
yaitu saat yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Winy. Karna selama ini
Febri selalu berusaha mengajak Winy untuk jalan hanya berduaan, tapi itu sulit
terjadi, karna Winy selalu saja mengajak Joy untuk ikut pula, karna Joy adalah
tetangga Winy, jadi mudah untuk mengajak Joy.
Akhirnya saat yang dinantikan Febri
tiba, karna Joy sedang tidak ada di rumah, melainkan Joy sedang pergi ke luar
kota karna harus menjenguk salah satu saudara Joy yang baru saja kecelakaan.
Febri pun pergi dengan Winy di malam
yang begitu indah, sang bulan sedang menampakkan sinar yang begitu terang,
begitu juga kerlap-kerlip bintang yang tak kalah ingin menerangi malam indah
tersebut.
Di jalan setapak akan sampai ke
rumah Winy, tiba-tiba Febri menarik tangan Winy dengan perlahan dan
menggengamnya dengan penuh kelembutan. Spontan Winy kaget, ada gerangan apakah
sang sahabat ini.
“Win, izinkan aku utarakan isi
hatiku, selama kita bersahabat, selama kita bersama-sama. Di saat itu juga aku
mengagumimu, aku mencintaimu tak sekedar sahabat saja tapi lebih dari itu. Aku
ingin kamu mau jadi pacarku Win. Gimana?”
Winy hanya terdiam, dan tertegun
sambil menelan air ludah, bengong dan tahu apa-apa lagi. Tapi Febri terus menatap mata Winy penuh dengan
harapan.
“Aku belum tau untuk menjawab semua
ini Feb, aku benar-benar bingung, dan gak nyangka dengan semua ini. Aku kira
kita hanya sekedar sahabat saja.”
“ Iya Win, aku ngerti, tapi tolong
ngertiin perasaanku selama ini, aku begitu lama memendam perasaan ini.” Tegas
Febri.
Setelah berpikir beberapa menit.
“Iyalah Feb, aku mau jadi pacar
kamu, kita jalani saja dulu, kita gak akan tahu jika kita tak mencobanya. Tapi,
satu pintaku Feb, aku tak ingin jika suatu saat cinta tak menyatukan kita, aku
ingin kebersamaan kita tetap ada dalam persahabatan.”
“Jadi kamu mau Win jadi kekasih aku?
Makasih banget, aku senang banget, malam ini bisa dapat bidadari cantik.” Kata
Febri kegirangan.
“Iya, iya, tapi gak usah lebay gitu deh Feb.”
“Iya sayang, gak lebay kok” Febry
berkata sambil memeluk Winy.
“Ih,
Febri nakal deh, ya udah ayo kita pulang.” Kata Winy sambil menarik tangan
Febri.
“
Iya permaisuri cantik.” Febri dan Winy akhirnya pulang.
***
Febri merasa cowok paling beruntung
di dunia, karna mendapatkan Winy yang begitu diidam-idamkannya. Sampai-sampai
Febri tidur pun susah karna Febri masih saja kepikiran dengan Winy. “Rasanya
pengen banget disamping Winy selalu, hmm” Febri terus bicara dalam hatinya.
Seminggu tiba, Winy dan Febri terus
bersama-sama. Jalan berdua, main berdua, makan di luar berdua, dan lain-lain
deh. Sampai akhirnya Joy pulang dari luar kota, tetapi Joy belum tahu akan
semua itu, Febri dan Winy mendiamkannya karna ingin memberitahu Joy secara
langsung semacam surprise gitu deh.
Tapi Joy juga ingin memberikan surprise kepada sahabat sekaligus
tetangga tercinta tersebut yaitu Winy. Joy tiba pukul 7 malam di rumahnya, dan
langsung tanpa basa-basi pergi menghampiri rumah Winy. Sebenarnya Joy ingin
mengatakan isi hatinya terhadap Winy, dan juga Joy sudah sangat merindukan
gadis pujaan hatinya tersebut.
Tetapi, sungguh disayangkan, Winy
tidah ada di rumahnya malam itu. Karna Winy dan Febri sedang pergi keluar.
Sebenarnya mereka hanya di sekitar taman komplek saja sih keluar, tapi Joy
tidak tahu.
Karna
kecewa, Joy pun memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar komplek saja. Tanpa
diduga Joy mendapati Winy dan Febri sedang bermesra-mesraan layaknya orang
pacaran, ya memang mereka pacaran.
Joy
pun mulai mendekat, saat Febri hampir mendekat menempelkan bibirnya ke pipi
Winy.
“Febri”
Joy memanggil dan datang mendekati mereeka dengan hati yang begitu panas.
“Hai
Joy!” Kata Febri menyapa balik.
“Kalian itu ngapain sih?” Joy menanya dengan
nada tinggi.
“Joy, gue dan Winy pacaran, kita saling sayang Joy, kita sebenarnya mau bilang sama
loe, tapi kita mutusin untuk nunggu loe pulang, biar surprise gitu.” Febri berusaha menjelaskan.
“Surprise apaan Feb, loe gak tau ya apa
yang selama ini gue rasain. Gue itu jatuh cinta sama Winy. Sumpah gue sakit
hati banget malam ini, ternyata cewek yang gue cintai, pacaran dengan sahabat
gue sendiri.” Joy berkata-kata dengan wajah yang begitu mengharukan.
“Joy
maafin gue ya, gue udah salah, seharusnya dari awal gue gak nerima Febri, karna
gue takut persahabatan kita akan hancur hanya karna cinta seperti ini.” Kata
Winy dan langsung Winy pergi meninggalkan Febri dan Joy dengan rasa bersalah
dan penyesalan dalam hatinya.
“Gue
benci sama loe Feb, loe gak jujur sama gue.”
“Kenapa gue mesti jujur sementara loe juga
selama ini gak ada terbuka sama gue?”
“Gue butuh waktu yang tepat untuk ungkapin semua itu Feb.”
“Gue butuh waktu yang tepat untuk ungkapin semua itu Feb.”
“Terus apa bedanya? Gue juga gitu, butuh waktu
yang tepat, so what Joy?” Febri pun meninggalkan Joy dengan amarah, begitu juga
Joy.
***
Selang
waktu berlalu, mereka tak saling cakapan dan tak pernah ngumpul bareng lagi. Persahabatan
yang selalu dibina tersebut luluh lantah hanya karna rasa cinta di antara
mereka.
***
Febri
pulang sekolah dengan sepeda motornya dan tiba-tiba melihat Winy dari kejauhan
sedang menunggu angkot yang lewat. Febri cepat menghampiri dan mengajak Winy
untuk ikut bersamanya, namun Winy terlihat menolak ajakan Febri tersebut.
“Win,
kita harus ngomong, aku gak mau hubungan kita gantung seperti ini.”
“Sudahlah
Feb, kita bersahabat saja seperti dulu.”
“Plis,
ngertiin aku Win, aku mohon.”
Dengan
nada bicara Febri yang mengharukan, akhirnya Winy naik ke sepeda motor Febri.
Di tengah perjalanan, mereka melihat sekumpulan kelompok orang sekitar 10 orang
sedang memukuli seseorang, tapi tidak jelas siapa yang sedang dipukuli
tersebut. Winy melihat sekitar dan tiba-tiba melihat bag yang seperti dia kenal, yaitu Joy’s bag.
Langsung
saja Winy mendesak untuk turun. Febri pun cepat-cepat parking sepeda motornya
dan langsung menghampiri Joy yang sudah terkapar. Joy memang terlihat angkuh
dan terkenal sangat sombong di sekolahnya, hingga Joy mempunyai banyak musuh.
Febri
langsung menolong Joy dengan ilmu bela diri yang pernah ia pelajari dulu
sewaktu SMP. Hinggat tamatlah riwayat orang-orang yang hamper membunuh jiwa
sahabatnya tersebut.
Joy
langsung dilarikan ke rumah sakit dan dirawat secara intensif. Tapi apa daya,
usaha segalanya sia-sia, karna Joy tidak berlangsung pulih. Tapi malahan
sebaliknya. Ajal kematian hampir Joy rasakan. Di sela-sela nafas terakhirnya,
Joy berkata,
“Feb, jagain Winy ya, gue percaya sama loe,
gue yakin rasa cinta loe terhadap Winy jauh lebih besar daripada cinta gue
terhadap Winy. Karna Winy pantasnya buat loe, bukan gue.” Perkataan Joy yang
secara terbata-bata membuat suasana haru duka semakin dalam. Sampai akhirnya
Joy pun menutup matanya untuk selama-lamanya.
Winy
tak henti-hentinya menangis, begitu juga Febri. Dalam hati Febri menyesal karna
menurutnya dialah dalang utama yang telah merusak persahabatan mereka.
***
“Win,
I love you.”
“I love you too sayang.”
“Tumben
manggil sayang Win?”
“Kan pacar, emang gak boleh ya, asal gak lebay
aja.” Winy melirik wajah Febri sambil tersenyum simpul.
“Maksudnya
gue ini lebay Win? Kok matanya gak enak gitu sih?”
Winy
pun tertawa sambil menarik tangan Febri sang kekasihnya itu, dan langsung
mencium tangan Febri tanpa basa-basi sebagai bukti cinta tulusnya.
“Win,
gue merasa Joy selalu ada disisi kita.”
“Tentulah
Feb, dia itu orang paling angkuh dan paling mengasyikkan juga.”
“Bangga
punya sabahat seperti dia Win.”
“Apalagi gue Feb, sangat bangganya miliki Joy
sebagai sahabat gue.”
“Kalau
gue apa Win bangganya?”
“Hmm,
apa ya? Gak ada tu Feb.”
“Oh,
jadi gitu ya sekarang, awas loe ya Win. Febri tanpa pikir panjang langsung
mengejar kekasih tercintanya tersebut yang sudah kabur duluan dari sampingnya.
“Win,
tunggu” Febri berteriak. Dengan kemampuan yang Febri miliki, akhirnya Febri
mendapati Winy dan langsung memeluknya.
“Jangan
pernah pergi dari aku Win, aku kan selalu jagain kamu selamanya.”
“Iya
Feb, selamanya, janji kan?”
“Janji sayangku” Febri pun mencium keningnya
Winy dengan penuh kasih sayang.
Persahabatan
memang tak ada habisnya, dan dalam percintaan jangan pernah mengenal kata aku,
kau dan dia. Tapi kenalilah kata kita, agar cinta kan menjadi kian sempurna.
Kita bersama dan kita selamanya.
by "Shiela"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar