Terasa tetesan air mata mulai mengalir
Akupun terdiam tertegun sedih
Tak terduga semua kan sepedih ini
Apakah semua cinta masih ada untukku nanti?
Malam kian larut, bintang terus saja menaburi biasan
cahayanya, menerangi indahnya malamku, dinginnya angin juga terus membelai
tubuhku, saat sajak-sajak puisi kutuang dalam pikiranku. Aku mulai mengisi
cerita di buku harianku tentang apa yang terjadi padaku, seakan-akan waktu
leluasa berlalu dihadapanku. Jika saja kuingat masa laluku, ingin rasanya ku
kembali ke sana dan perbaiki segalanya. Tapi itu sungguh mustahil terjadi,
karna semua sudah berlalu.
Flashback masa laluku, sungguh masa-masa yang tak patut untuk
diceritakan, tak layak untuk diperdengarkan, karna masa lalu yang begitu buruk.
Jika orang bertanya, apa agamamu? Dan aku menjawab Islam, rasanya batin ini
menolak. Sebab Islam itu hanya formalitas KTPku saja, tak ada yang luar biasa
dari Islam yang kugenggam selama ini.
Islam, ya aku tahu agama yang penuh cinta damai. Tetapi,
masa-masa dulu itu tak sedamai hati dan pikiranku. aku mengenal rukun Islam,
dan aku bahkan mengetahuinya. Mengucap dua kalimat syahadat, ya aku tak pernah
mengucapkanya, karna rukun Islam yang kedua, yaitu shalat lima waktu juga tak
pernah kulaksanakan, puasa satu bulan penuh kutinggalkan. Aku puasa di rumah,
sahur bersama keluarga, tetapi di luar aku sudah membatalkan semuanya.
Rasanya begitu kejam diri ini terhadap agama sendiri.
Belum lagi aku yang seorang muslimah, tidak menutup aurat. Baju yg dipakai pun
seperti baju yang layaknya memberikan hawa nafsu kepada laki-laki saja.
Tangisku tersadar ketika kuingat kembali masa-masa suramku di masa lampau yang
begitu buruk.
Ketika hari yang indah mengganggu jiwaku, semuanya
menjadi berubah lebih baik. Di hari itu aku merasakan indahnya sebuah agama
Islam yang selama ini kuanggap hanya formalitas semata saja. Tapi itu dulu,
sekarang sudah tidak lagi.
Di hari itu, aku berjalan pulang dari pasar sendirian
hanya ditemani dengan barang-barang belanjaanku saja. Tiba-tiba, ada seorang
ibu berjilbab menggendong anaknya meminta sumbangan padaku, karna kedua
tanganku penuh dengan belanjaan, aku jadi malas mengambil uang.
“Nak, minta sumbangannya?”
“Maaf ya bu.”
“Pasti kamu malas mengambil uangmu kan nak untuk ibu,
karna tidak mungkin dengan belanjaan sebanyak ini, uang kamu tidak ada. Semoga
Allah swt memberikan karunianya selalu untukmu nak, karna ibu yakin, kamu
adalah anak yang baik.”
“Kenapa Ibu berkata demikian? saya kan tidak memakai
jilbab seperti Ibu. Kenapa Ibu juga malah mendoakan saya, kan Ibu tidak saya
beri apa-apa.”
“Tidak perlu dengan jilbabmu nak, Ibu tahu binar
matamu itu kamu adalah seorang muslimah. Jadi seorang muslimah itu tidak sulit
nak, dan jangan juga dipermudah, tidak perlu jadi jilbaber tapi cukup berhijab
dan menutupi dada. Jika kamu berhijab dan menutupi auratmu, yakinlah kamu akan
tercegah dari segala yang menjerumuskanmu ke arah yang menyangkut dengan dosa,
dan akan mengantarkanmu ke arah yang menyangkut dengan pahala. Kamu harus tahu
nak, satu kebaikan yang kamu kerjakan akan mendapat imbalan sepuluh kali
pahala. Sesama muslim sudah seharusnya kita tuk saling mendoakan.”
Sang Ibu kemudian menunduk lalu meninggalkanku di
tengah keramaian orang, kemudian ketika kumelihat ke belakang sang ibu tersebut
sudah menghilang entah kemana. Aku tertegun terdiam akan semua kata-kata yang
diutarakan sang Ibu tersebut.
Sesampainya di rumah, aku langsung mencari-cari buku
tuntunan shalat, aku mengingat kembali apa yang telah diajarkan padaku di masa
sekolah madrasah dulu. Aku kemudian mandi wajib, kuhapal niatnya dengan
seksama, dan setelah itu langsung kuberwudhu.
Di saat itu masih jam setengah lima sore, aku mulai
dengan shalat ashar. Aku masih teringat akan kata-kata si ibu siang itu,
orangtuaku tak pernah mengatakan hal demikian, kenapa harus orang lain yang
menyadarkanku, aku tak tahu harus bagaimana lagi. Tapi satu yang kutahu, Allah
swt akan selalu memberi kesempatan kepada hambanya yang mau bertobat. Allah swt
selalu memaafkan umatnya yang benar-benar meinta maaf dan yakin tak akan
mengulanginya lagi.
Sejak saat itu aku mulai berhijab, awalnya agak berat,
tapi kuterus coba. Walau banya teman-teman yang iseng, ada yang bilang kalau
aku ini adalah setan yang tobat, kafir baru dapat hidayah. Tetapi aku tak
peduli akan semua itu, karna semua ini aku lakuin karna dorongan dari diriku
sendiri, dan juga karna Allah swt.
Tak terasa hijab ini telah menemaniku selama setahun,
aku merasa dia adalah sahabat terindah yang selalu setia menemani hari-hariku
di dunia ini. Tak lupa juga bukena selalu kubawa di tas jika ku bepergian,
sebab aku merasa untuk apa tampil dengan seribu macam gaya, untuk apa berdandan
cantik-cantik tapi jiwa dan hati ini tak dihiasi dengan ibadah shalat. Aku juga
mulai mengganti puasa-puasa yang dulu sudah sengaja kutinggalan, tetapi aku
selalu berniat untuk menganti semuanya.
Ya Allah terimakasih atas apa yang sudah Kau berikan
padaku, tak kukira semua apa yang Kau berikan begitu indah. Hijab telah
memberiku banyak karunia. Aku juga merasa apa yang kukerjakan tidak ada yang
berlalu sia-sia lagi.
Cinta karuniamu mengantarkanku ke lembah kebaikan
Hidayahmu menjauhkanku dari lubang kemaksiatan
Sungguh besar perubahan yang Kau hantarkan ke dunia
Hingga diriku tak mampu lagi bersajak
Itulah satu bait puisi yang kuutarakan malam ini,
ditemani dengan ribuan bintang dan malam ini sungguh indah karna ada sang
rembulan yang mulai tampak dari gumpalan awan yang dari tadi hanya mengintip.
Ya Allah, Subhanallah
akan apa yang telah Kau ciptakan untukku, kedua orangtua yang sangat baik telau
Kau berikan, dan juga karunia-karunia lain Alhamdullilah.
Syukurku akan tetap untuk-Mu, karna Kaulah segalanya bagiku. Kau membuat
hidupku menjadi lebih hidup.
Kau menyadarkanku dari pahitnya dunia kegelapan, Kau
mencerahkan duniaku, Kau juga telah membuka pintu-pintu kebajikan, mempeluas
jalanku, mempermudah langkah-langkahku. Kau juga telah berikan beraneka ragam
nikmat kebaikan, rahmat dan karunia untukku menuju surga-Mu.
Kau tak pernah menuntutku, tetapi Kau menuntunku ke
arah yang lebih baik. Hijab, aku yakin kan terus membawamu di kepalaku sampai
menutupi dadaku, agar tak ada laki-laki yang hanya melihatku dengan nafsunya
saja. Tapi melihatku karna benar-benar cinta yang sesungguhnya. Cinta karna
Allah swt. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar