Free Tail- Heart 1 Cursors at www.totallyfreecursors.com
"au ho": CINTA DI ATAS AWAN

Rabu, 25 Januari 2012

CINTA DI ATAS AWAN




Ya, Tuhan aku telat bangun lagi nih. Jangan sampe aku telat ke sekolah lagi kayak yang udah aku alami sebelumnya. ”Cepat dong Dis!” Pikirku dalam hati. Padahal itu kan kalimat yang memang untukku, tapi aku malah sewot sendirian. Soalnya aku itu gak mau sampe telat keempat kalinya, cukup tiga kali dan aku udah dapat panggilan surat orangtua. Kebayang gak gimana aku ini? Gara-gara dapat surat panggilan orangtua, seluruh isi rumah jadi rusuh. Ibu marah-marah melulu, ayah juga katanya gak mau datang memenuhi panggilan dari sekolah. Aku mesti gimana nih, kedua orangtuaku gak ada yang mau hadir. Ternyata akau pasrah aja deh! Eh, ternyata besoknya ayah Aku nongol juga di sekolah. Hmmm...! walaupun ayah cerewet, tapi dia tetap the best deh! Makanya pagi ini aku gak mau sampai telat lagi.
Sampai di sekolah aku langsung lari-lari, setelah turun dari angkot menuju gerbang sekolahku yang sangat aku cintai, it is SMAN 4. Yang berada diantara dua sekolah SD & SMP, di sekolahku ini lapangannya luas banget jadi kita bisa nentuin mau main apa saja bisa. Hampir sampe keluhku! Aku tergesa-gesa saat hampir menuju gerbang KDI, eh bukan! Maksudnya gerbang sekolahku yang udah mau ditutup guru piket. Setelah sampai gerbang, aku langsung lega banget. Huh...! cape banget lari-lari, belum belajar tapi aku udah keringatan duluan. Gimana belajar ya?
Setelah aku sampai di pintu kelas, bel pun berbunyi. Apel lagi nih, bukannya mau makan buah apel, tapi mesti apel alias upacara di lapangan dalam waktu 15-20 menit lamanya. Di sana guru pembimbing akan memberikan nasehat dan arahan-arahan. Yah, seperti biasanya, setiap hari kayak gini ngebosanin juga ya! Yang diomongin juga itu-itu aja, palingan masalah kebersihan, kedisiplinan, and pendidikan dalam belajar. Aku sendiri capek dengarinnya, ibu sama pak guru udah deh, bosan tau! Pikirku dalam hati.
Akhirnya pidato kelar juga, saatnya ku menginjakkan kaki di kelas yang paling aku cintai. It is Class 2 IPA 4, tepat di depan kantin belakang. Asyik khan! Kelas dekatan sama kantin, kalo lagi istirahat kita bisa lebih duluan dari kelas yang lain. Pelajaran pertama hari ini Biologi, ya...! lumayan bikin kepala pusing, ditambah lagi pelajaran kedua Fisika, tambah puyeng kacau! Aku itu memang gak suka sama semua pelajaran IPA, tapi teman-teman/sohib tercinta selalu ngedukung aku, jadi yah kayak gini deh!
Setelah selesai dengan kejenuhan, akhirnya kini bisa terbebas dari nestapa dan bisa bernafas lega. Coz istirahat pun tiba, tapi aku tetap tinggal di kelas. Gak tahu kenapa? Aku malas aja hari ini. Tiba-tiba dari kejahuan ada suara yang kayaknya ku kenal banget, kedengarannya heboh banget. Dan suara itu semakin dekat, hingga akhirnya sampai di kelasku.
“Pagi Dis” sapa keempat teman-temanku serentak tanpa ada yang jadi pemandu. Mereka itu Billy, Adi, Jaja, dan Domiq. Mereka sahabatku mulai dari SD, SMP, sampai SMA sekarang. Walau kita udak gak sekelas lagi, kita tetap kompak and selalu eksis di jalur musik. Kebetulan dari SMP kita udah membentuk Band, dan sampai sekarang kita tetap ngeband bareng-bareng.
Setelah menyapa dengan penuh ramah dan canda tawa, mereka lalu duduk didekatku.
“Kok di kelas aja?” kata Billy memecahkan suasana hening di hatiku.
“Iya ni Dis, kantin yuk!” kata Adi lagi menambahkan.
“Tapi aku masih kenyang, soalnya tadi pagi aku udah sarapan.” Emang tiap hari aku selalu menyempatkan untuk sarapan. Dengan sarapan aku bisa lebih sehat dan bugar dan yang paling penting aku bisa berhemat, iya gak?.
“Ayolah Dis, plis!” kata Jaja sang vokalis band.
“Iya, iya, iya tapi disana aku Cuma minum aja ya?”
“Lho, kok gitu?” Domiq malah nanya.
“Aku pengen berhemat, kalau makan uangku ntar habis. Ya udah ayo! Ngapain lagi disini” ajakku sambil keluar kelas duluan.
Sementara di kantin, suasana rame banget. Ya iyalah, namanya juga kantin ya kan. Kalo kuburan baru tuh sepi, ramenya pas mau bulan puasa aja banyak orang yang ziarah he...he...he... just kidding. Kantin kalo lagi istirahat pasti rame banget, banyak orang yang udah pada kelaparan. Termasuk  teman-temanku, ini nih akibat gak sarapan pagi. Perut kosong terus makan makanan yang belum tentu sehat, gimana mau jadi sang juara kalau otak gak dikasih makan. Aku pun mesan minuman lalu duduk disamping Adi, didepan ada Billy, Domiq dan Jaja. Kami lalu ngobrol bebas apa ja. Aku yang tadinya terus-terusan cerita sekarang tiba-tiba terdiam, saat pujaan hatiku lewat namanya Rey.
“Hey Dis!” Rey menyapaku, hatiku seakan meloncat kegirangan mendengarnya. Ku balas sapaannya dengan senyuman yang paling manis.
“Ehm, kayaknya ada yang cemburu tu...!” kata Domiq merayuku, dan arah matanya sambil melirik ke Billy. Teman-temanku sampai sekarang masih sering menggodain aku sama Billy, coz dari SMP Billy itu pernah nembak aku sampai 3x, tapi aku gak terima cintanya Billy. Karna aku sudah menganggapnya seperti teman-teman yang lain, only friend. Gak ada perasaan yang lebih, dan Rey aku kenal sejak kelas 1 SMA. Waktu itu aku diajak Adi, Jaja, Billy dan Domiq ketempat mereka nongkrong. Pas kita masuk emang di dalam cowok semua, tapi mau gimana lagi kalau keluar gak enak sama mereka. Saat itu di sana aku ngeliat sosoknya Rey untuk pertama kalinya, sejak aku kenal sama Rey aku gak bisa lepas and terus mikirn dia.
Di sekolah kalau lagi crash kita saling senyum, dan sekarang bukan di sekolah aja di mana-mana Rey sudah semakin ramah denganku. Apalagi akhir-akhir ini dia sering sms dan telpon, sejak saat itu kita makin akrab. Walau Rey gak pernah ngajak keluar, tapi aku sudah senang bisa berhubungan dan bisa kenal sama Rey.
Akhirnya bel masuk berbunyi, kini saatnya kembali ke kelas untuk belajar dan belajar. Karna kan emang itu tujuan ke sekolah (“Menuntut Ilmu gitu loh?”). ok ! now we must go to the classroom. Setelah menempuh waktu berjam-jam, akhirnya oh... akhirnya waktu belajar selesai juga yang ditandai bel pulang berbunyi. Saatnya go home nih, aku biasa pulang naik angkot, tapi sering juga diantar sama teman-teman band. For example Billy, Domiq, Adi dan Jaja. Tapi kali ini aku pulang naik angkot dengan teman-teman sekelasku. Di angkot gerah banget, panas, pengap, sumpek. Pokoknya very-very hotlah. Tapi mudah-mudahan sampai di rumah aku gak kayak gini lagi.
Assalamu’alaikum” aku membuka pintu rumah dengan nada yang sangat melelahkan, karna panasnya hari di luaran sana.
Walaikumsalam, Didis!” jawab abang aku yang super usil. Namanya bang Dwiki, tapi aku lebih nyaman manggilnya bang Wiki. Bang Wiki sudah lulus SMA, dan sekarang dia masih kuliah di kampus yang cukup tren di kotaku. Bang Wiki ngambil jurusan English, aku juga pengennya itu. Karna aku dan bang Wiki suka banget with English Language.
Masih dengan seragam OSIS SMAku, aku langsung ke dapur dan mangambil sebuah piring. Lalu piringnya kuisi penuh dengan nasi, lauk-pauk, sayur dan kerupuk. Complete ya...! lalu langsung ku lahab dengan penuh semangat. “Merdeka” gumanku, maksudnya merdeka kalau aku masih bisa makan makanan yang enak. Gimana kalau aku jadi anak terlantar, gak akan ada kata merdeka lagi atau kebebasan yang ada hanya kesedihan yang tiada berujung.
Aku langsung memasuki kamarku setelah selesai berperang dengan sekutu-sekutu makanan, dan mudah-mudahan aku tambah sehat dan fresh. Masih di kamarku, ku langsung merebahkan tulang-tulang, tetapi setelah beberapa saat aku mendengar bunyi sesuatu yang tidak asing lagi. Telepon genggamku bunyi, ku langsung meraihnya yang berada di atas meja belajarku dan ternyata dari “Rey”. Aku langsung menerimanya tanpa basa-basi dan tanpa disadari Mobile Phone ku sudah mampir di telinga kananku dengan mengucapkan kata-kata yang biasa diucapkan saat bertelpon.
“Hallo...!”
“Eh Dis. lagi ngapain sekarang?”
“Lagi tiduran”
“Ada apa Rey, tumben nelpon?”
“Aku mau ngajak kamu besok malam jalan bareng”
“Terus...?”
“Ya Dis, mau gak...?”
“Mau banget Rey!”
“Ya udah besok malam Rey jemput ya!”
“Ok Rey”
Berakhirlah percakapan dengan Rey.
******
Di saat malam hampir larut, gak tau kenapa tiba-tiba kepalaku sakit banget. Aku berusaha berdiri, tapi kakiku sudah tidak kuat lagi. Aku manggil bang Wiki yang berada di sebelah kamarku.
“Bang Wiki...!” teriakku kencang-kencang agar bang Wiki mendengar keluhanku yang sudah tak tertahankan lagi. Secepat kilat abangku datang menghampiriku.
“Ada apa Dis? Tengah malam ko teriak-teriak”
“Sakit bang...”
“Apa yang sakit?”
“Kepala Didis”
“Ya ampun jangan-jangan itu...?”
Bang Wiki terdengar syok melihat keadaanku, lalu ia membongkar lemari bajuku. Dan kembali apa yang terjadi padaku tiga bulan yang lalu. Ku lihat bang Wiki menemukan sebuah surat, yaitu surat dari rumah sakit tiga bulan yang lalu aku divonis terkena kanker otak.  Apa mungkin ini terjadi lagi padaku?”. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, mungkin ini terus ku derita sampai sang ajal datang menjemputku. Ku menangis dalam tidurku samapai ku tertidur kembali.
******
Di malam yang indah sosok Rey hadir di depan rumahku, ku melihat Rey dengan penuh rasa yang mendalam. Aku tak tahu apa yang Rey lakukan setelah mengetahui apa yang sedang ku derita ini.
“Hai Rey!” ku menyapa Rey dengan rasa cinta yang tulus, tapi mungkin Rey tak akan tahu arti dari itu.
“Kita berangkat langsung aja Dis!” kata Rey mengajakku menaiki sepeda motor Rey dan duduk semanis mungkin di belakang Rey.
Malam ini ku sangat bahagia bercampur rasa sedih yang mendalam, karna mungkin sebentar lagi Rey gak akan mungkin lihat aku lagi. Begitu juga aku gak akan pernah melihat pujaan hatiku lagi. Malam semakin larut, ku terus memandangi bintang di atas langit sana. Aku berada disamping Rey duduk di tengah lapangan. Ku berusaha tetap semangat agar Rey tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diriku.
“Dis aku mau ngomong sesuatu sama kamu, karna itu aku ngajak kamu malam ini” Rey mengawali pembicaraan padaku di hembusan dinginnya angin malam.
“Bilang aja Rey mau ngomong apa?”
“Aku... cinta kamu Dis, aku... sayang kamu, aku... pengen kamu jadi penjaga hatiku Dis”
“Apa Rey? Kok kamu?”
“Kenapa Dis, ada yang salah? Kenapa kamu gak jawab pertanyaan ku? Aku juga pengen tahu isi hati kamu”
“Aku cuma anggap kamu sebagai teman aku dan aku sama sekali gak ada rasa sama kamu”
“Jadi gitu Dis, gak papa kok aku gak akan marah sama kamu”
“Ya udah kita pulang yuk! Dah malam banget nih”
Ku melihat wajah Rey penuh kekecewaan, sesampainya di rumahku aku hanya tersenyum dan langsung meninggalkan Rey. Saat aku lihat kebelakang Rey sudah menghilang dari hadapanku. Masih di depan pintu rumahku, aku terdiam dan tak tahu apa yang mesti aku lakukan. Tiba-tiba rasa sakit kembali menyerang otakku, aku rasa ini sudah menjadi titik terakhir kehidupanku.
******
Sekarang aku tak tahu berada dimana yang ku dengar hanya suara haru duka, tangisan dan tidak tahu apa lagi. Ku berusaha membuka mata dan ku lihat sekelilingku, ada Rey dan teman-teman seperjuanganku Adi, Jaja, Billy dan Domiq. Ayah dan ibuku hanya duduk di sebuah sofa yang ku lihat tak jauh dari padangan mataku, dan dengan ditemani abang tercintaku bang Wiki yang selalu mensuportku.
“Dis kenapa kamu gak bilang soal ini samaku” Rey berada di sampingku dan kembali memulai pembicaraannya padaku, tapi aki hanya bisa terdiam memandangi Rey dengan penuh rasa cinta yang mendalam.
“Kenapa aku gak bisa meraih cintamu Dis? Kamu itu berada di dekatku, tapi aku gak bisa meraihmu. Kamu itu bagaikan awan di atas sana Dis, yang sama sekali gak bisa kuraih. Tapi selamanya aku akan tetap cinta sama kamu Dis”.
Aku hanya tersenyum sambil memandang Rey, aku sedih mendengar semua yang dikatakan Rey. “Maafin aku Rey” hanya itu yang bisa aku katakan. Walau kamu gak dengar apa yang aku katakan, aku juga cinta kamu Rey. Seandainya kamu tahu itu. Rey memegang tanganku dengan penuh luka yang terlihat dari pancaran matanya.
Ku mulai menutup mataku dan mungkin tak akan terbuka lagi, aku menyesal tak mengatakan apa yang kurasakan pada Rey dan juga menyesal tak memberitahukan apa yang ku derita kepada orangtuaku. Malam ini, di malam yang indah ini aku akan meninggalkan semua memori indah yang pernah ku ukir bersama orang-orang yang aku sayangi.
Selamat tinggal kenanganku
Walau ku sudah tiada, kalian semua akan tetap hidup di hatiku.


By “Shiela”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar